Mai adalah seorang penulis pemula yang bercita-cita menerbitkan novel pertamanya. Namun, pekerjaan paruh waktunya di sebuah kafe kecil di Tokyo membuatnya kesulitan menemukan waktu untuk menulis. Suatu hari, ia bertemu Haruki, seorang pria misterius yang selalu memesan kopi hitam dan duduk di sudut kafe sambil mencoret-coret buku catatannya.
Pertemuan pertama mereka tidak berjalan mulus—Mai secara tidak sengaja menumpahkan matcha latte ke naskah Haruki! Dengan panik, Mai meminta maaf berkali-kali dan menawarkan diri untuk membantu menulis ulang halaman-halaman yang rusak. Betapa terkejutnya Mai ketika Haruki mengungkapkan bahwa ia adalah seorang editor di salah satu penerbit besar di Tokyo.
"Kalau kamu benar-benar minta maaf," kata Haruki dengan senyum jahil, "tunjukkan aku tulisanmu." Meski gugup, Mai memberikan cerpen yang sedang ia kerjakan. Haruki membacanya dengan serius, lalu mengangguk pelan. "Tidak buruk. Kamu punya bakat."
Dari situ, mereka mulai bekerja sama. Haruki memberikan kritik pedas namun membangun, sementara Mai belajar untuk mengasah kemampuan menulisnya. Sesi editing malam hari mereka perlahan berubah menjadi sesi curhat tentang mimpi, kegagalan, dan harapan. Meski awalnya hanya rekan kerja, Mai mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar profesionalisme antara mereka.
Suatu malam, di bawah hujan bunga sakura di Taman Ueno, Haruki memberikan Mai sebuah naskah yang sudah dicetak rapi. "Kamu sudah siap," katanya dengan nada percaya diri. "Dunia butuh membaca ceritamu." Mai tak bisa menahan air mata. Ia menyadari bahwa selama ini ia tidak sendirian—Haruki telah menjadi pendukung terbesarnya.
Beberapa bulan kemudian, novel pertama Mai akhirnya diterbitkan dan mendapatkan pujian luas. Untuk merayakannya, Mai kembali ke kafe tempat semuanya dimulai. Di sana, Haruki sudah menunggu dengan secangkir kopi hitam seperti biasa. Di tangannya, ada salinan novel Mai.
"Ini pantas dirayakan," kata Haruki sambil tersenyum. Saat mereka berjalan bersama menyusuri malam Tokyo, Mai tersenyum dalam hati. Siapa sangka, cinta bisa datang dalam bentuk revisi tak terduga dalam hidupnya?